Ini Publication tidak ada dalam bahasa Anda, Lihat di: Tiếng Việt (vi), English (en),
Atau gunakan Google Translate:  
Bahasa Indonesia (id) | Ganti Bahasa (Change Language)

ECHO Asia Notes is a quarterly technical e-bulletin containing articles of interest to agriculture and community development workers in Asia.

This list contains articles from ECHO Asia Notes, many of which have been translated into regional languages.  

101 Edisi dalam Penerbitan ini (Menampilkan edisi 48 - 44)

Uji-Coba Kincir Air: Menjelajahi Berbagai Metode Hemat-Biaya untuk Memompa Air Irigasi - 01 Maret 2022

Saat kami mulai mencari solusi alternatif dan berkelanjutan untuk memompa air, tim kami mulai 'mencoba-coba' gagasan apakah kincir air dapat memasok air irigasi ke lahan pertanian yang tidak terlalu tinggi letaknya. Kami awalnya memulai dengan meneliti dan menguji model pompa yang disebut Sling Pump, tetapi kemudian menyerah setelah menguji beberapa prototipe. Tantangan yang kami hadapi antara lain sulitnya melakukan perakitan-mandiri, biaya, perlu ada suku cadang khusus, dan akhirnya masalah efisiensi.

AN48 Water wheel fig5

 

Sebuah 'Kegagalan yang Sukses': Memperkenalkan Teknologi SALT di Thailand utara - 01 Maret 2022

Dave datang ke Thailand tepat dua tahun yang lalu untuk memperoleh kesempatan yang sekarang diberikan kepadanya. Para petani etnis minoritas yang bertani di kawasan lereng bukit mengalami hasil panen yang rendah sekalipun mereka berupaya menggunakan lebih banyak pupuk kimia.

AN48 SALT fig1

 

Membangun Sistem Lalat Black Soldier Fly (BSF) yang Telah Ditingkatkan - 01 September 2021

[Catatan Editor: Panduan langkah demi langkah ini mengikuti sistem produksi BSF yang dilakukan di ECHO Asia Small Farm Resource Center di Chiang Mai, Thailand. Ini hanyalah salah satu contoh dari sebuah sistem yang fungsional dan masih harus disesuaikan dengan konteks lokal dan ketersediaan input. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan sistem 'yang telah ditingkatkan,' menambah berbagai macam bahan yang telah ditulis tentang produksi BSF di pekarangan maupun di rumah tangga.]

Critical to the success of a small-scale farm is its ability to turn on-farm waste into alternative value-added products. By integrating the Black Soldier Fly (HermetiaAN47 BSF Fig13 illucens) on the farm, small-scale enterprises can do just that. Taking common waste products such as food scraps and manure, the Black Soldier Fly can be used to efficiently convert raw waste materials into high-protein feed sources for livestock, while simultaneously producing a by-product suited for amending soils. 

Sebuah Desain Inovatif Tungku Biochar ‘Serba-Bisa’ - 01 September 2021

[Catatan Editor: Saat ini ada banyak desain tungku biochar yang ditujukan untuk berbagai skala dan penggunaan akhir. Desain khusus yang disampaikan di sini adalah desain favorit staf pertanian ECHO Asia, karena kemampuannya untuk menghasilkan materi terpirolisis dan cuka kayu dalam jumlah yang lebih besar pada saat yang bersamaan. Desain ini ditemukan oleh salah seorang mitra lokal Thailand sehingga penghargaan harus diberikan untuknya. Terima kasih kepada Bapak Arun Waikham yang telah mengizinkan kami membagikan desain Anda dengan jejaring ECHO.]

Virus Flu Babi Afrika (African Swine Fever Virus): Tinjauan dan Pencegahan di Peternakan Skala Kecil - 01 Juni 2021

Virus Flu Babi Afrika dan Dampaknya pada Produksi Daging Babi (Pork) Global

Seiring dengan meningkatnya kemakmuran global, permintaan akan protein hewani juga meningkat. Daging babi telah menjadi daging hewan darat yang paling banyak dikonsumsi, yaitu sebesar 37% dari total konsumsi daging dunia (Beltrán-Alcrudo dkk., 2017). Produksi daging babi meningkat paling drastis di wilayah Asia (Gambar 1), menyumbang sebesar 55% dari produksi daging babi global pada tahun 2018 (FAOSTAT, 2018).

Nilai produksi daging babi bruto global telah bergerak mencapai sekitar 300 miliar USD sejak 2011 (FAOSTAT, 2020). Namun pada tahun 2018, semua ini menjadi berubah akibat merebaknyaVirus Flu Babi/ASFV di Asia. Virus mematikan ini telah menyusutkan populasi babi dan produksi daging babi global serta konsumsi protein babi. Selama dua tahun terakhir, diperkirakan lebih dari 25% populasi babi dunia telah mati akibat serangan virus ini (Niederwerder dkk., 2020).

[Contoh] Rencana Biosekuriti Peternakan Skala Kecil untuk Pencegahan Virus Flu Babi/ASFV - 01 Juni 2021

[Catatan Editor: Ini hanyalah satu contoh rencana biosekuriti untuk operasi peternakan babi skala kecil di satu wilayah. Contoh ini dapat digunakan sebagai sebuah pola untuk ditiru (template). Tidak mungkin semua tindakan yang ada di sini akan bisa dilakukan secara praktis atau cocok dengan konteks Anda. Oleh sebab itu Anda perlu menyesuaikannya dengan kebutuhan dan prioritas peternakan Anda. Disarankan Anda melibatkan semua pihak atau staf dan pekerja yang ada di pertenakan dalam diskusi untuk penerapan rencana semacam ini sehingga bisa dihasilkan penerimaan, pemahaman dan kepraktisan yang maksimal.]

Produksi Pakis Sayur (Diplazium esculentum Reytz.) dengan Menggunakan Berbagai Tingkat Naungan - 01 Februari 2021

Berbagai spesies pakis yang dapat dikonsumsi bisa ditemukan di seluruh penjuru dunia, mulai dari kawasan tropis hingga kawasan beriklim sedang. Pakis yang paling umum ditemui antara lain jenis paku-pakuan (Pteridium spp.), paku sejati (Matteuccia struthiopteris), dan jenis pakis bang (Jawa) Stenochlaena spp. Namun, penelitian kali ini difokuskan pada pakis sayur (Diplazium esculentum Reytz.), tanaman tahunan sayuran tropis yang biasanya tumbuh di kawasan Asia dan Oseania. Sakai dkk. (2016) mengkategorikan pakis sayur yang dapat dimakan ini sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu atau HHBK. Pakis sayur ini adalah tanaman sayur yang tumbuh secara signifikan di kawasan regional di India, Bangladesh, Thailand, Malaysia, Filipina, dan negara bagian Hawaii, AS (Lin dkk., 2009). Daun dan pucuk pakis muda yang lembut (biasanya disebut sebagai 'kepala biola') biasanya dimakan segar, direbus, ditumis, atau dimasak dengan bumbu kari, tergantung pada wilayah masing-masing tempat pakis ini dikonsumsi (Duncan, 2012).

Peternakan Lebah Tanpa Sengat (Meliponiculture) di Jawa

Peternakan lebah tanpa sengat atau Meliponiculture adalah peternakan lebah dari suku Meliponini. Ada ratusan spesies lebah tak bersengat. Kemungkinan di kawasan Subtropis/Tropis Asia dan Australia sajaada 89 spesies yang telah dikonfirmasi (Rasmussen, 2008); dan, walaupun banyak yang mampu menghasilkan madu, namun lebah-lebah ini adalah spesies dari suku yang sama sekali berbeda dari lebah madu peliharaan (Apis mellifera dan Apis cerana indica).Meskipun lebah tak bersengat masih tetap memiliki sengat, namun sengatnya kecil dan tak berkembang dengan baik sehingga tidak dapat menyengat seseorang — itulah sebabnya mereka disebut sebagai lebah tak bersengat. Namun, mereka masih bisa menggigit (meskipun menurut beberapa catatan: tidak menyakitkan) dan akan mencoba mengganggu siapapun yang merampok madu dengan menyerang mata atau telinga si pengganggu. Lebah tanpa sengat telah dipelihara selama ribuan tahun, terutama di kawasan sekitar lembah Amazon (New World Tropics). Di kawasan ini awalnya tidak ada lebah madu sebelum lebah diperkenalkan oleh penjajah dan penjelajah Eropa. Lebah tanpa sengat jauh lebih sedikit diteliti dan dikembangkan ketimbang lebah madu karena sejumlah faktor tertentu.

Pompa Udara Martinez: Mengangkat Air Menggunakan Udara

Pompa air telah lama menjadi komponen utama di kalangan pertanian skala kecil dan merupakan alat hemat tenaga kerja yang berharga karena menawarkan berbagai aplikasi praktis. Berbagai jenis pompa secara teratur telah digunakan untuk menyimpan&menyaring air, melakukan irigasi, sistem akuakultur, dan banyak lagi. Meskipun nyaman dan bermanfaat, memompa air memang membutuhkan biaya – mulai dari konsumsi energi yang diperlukan, hingga pemeliharaan rutin untuk bagian-bagian yang bergerak. Meskipun demikian, perkembangan baru dalam teknologi pompa yang tepat, telah menawarkan pilihan-pilihan yang dapat menghemat uang, meningkatkan keandalan, meningkatkan umur peralatan, dan menawarkan keuntungan tertentu lainnya yang akan disajikan dalam artikel

AN 44 Fig1

 


Daerah

Asia