Bahasa Indonesia (id) | Ganti Bahasa (Change Language)


 

Manajemen Hama Terpadu – MHT

Biopest Image 1

Pembaca yang cermat membaca literatur pengelolaan hama mungkin memperhatikan bahwa istilah “Manajemen Hama Terpadu [Integrated Pest Management]” atau MHT, sering dipakai saling menggantikan dengan istilah “Pengendalian Hama Terpadu [Integrated Pest Control] atau PHT”. Keduanya tampak sangat mirip satu sama lain. Namun Pengendalian Hama Terpadu mengacu pada berbagai metode pengendalian hama, termasuk metode yang memadukan antara cara alami dengan penggunaan pestisida kimia, sedangkan Manajemen Hama Terpadu[MHT] mempertimbangkan juga faktor ekologi dan ekonomi, termasuk memprioritaskan pemantauan yang cermat terhadap populasi serangga dan lingkungan sekitarnya.Dalam MHT ada kemungkinan pengendalian hama menjadi tidak diperlukan, atau jenis pengendalian hama tertentu lebih baik dari yang lain, atau bahwa pilihan terbaik adalah digunakannya beberapa penanganan secara bersama-sama, untuk mencapai hasil terbaik bagi ekonomi, masyarakat, dan lingkungan Anda. Oleh karena itu, banyak metode MHT yang dipromosikan oleh FAO untuk mencapai tujuan-tujuan yang berbeda di negara yang berbeda, masing-masing menawarkan cara konkrit yang dapat dilakukan oleh petani untuk memerangi hama dengan cara mempromosikan produksi tanaman yang sehat, keuntungan ekonomi dan keamanan menyeluruh.

 

Prinsip-Prinsip MHT (oleh FAO)

1. Menanam Tanaman yang Sehat

Memilih varietas yang secara alami tahan terhadap penyakit dan hama, serta memilih pemupukan, irigasi, dan pengelolaan tanah yang paling membantu perkembangan tanaman merupakan prinsip penting dalam MHT. Menanam tanaman yang kuat—tanaman yang akan tahan terhadap penyakit dan kerusakan akibat serangga—adalah dasar dari MHT.

2. Memahami dan Mempertahankan Predator atau Pemangsa Alami

Ada banyak pemangsa hama alami yang menjadi sahabat bagi sebuah sistem pertanian berkelanjutan. Penting bagi petani untuk mengamati kehidupan serangga guna mempunyai pemahaman tentang populasi hama dan mengenali peran pemangsa alami dalam siklus hidup dan rantai makanan di pertanian. Pengendalian biopest yang efektif akan menggabungkan beberapa musuh alami hama, yaitu: predator/pemangsa, parasit (atau parasitoid), dan patogen.

2.1 Predator/pemangsa adalah hewan atau serangga yang memangsa hewan atau serangga lain, biasanya yang ukurannya lebih kecil dari mereka, dalam jumlah besar, dan di setiap tahap siklus hidup mangsa (telur, larva, kepompong, dewasa). Pemangsa hama antara lain burung, katak, kodok, kadal, ular, laba-laba, capung, kepik, kepik oranye, kumbang tanah, kepik hijau-renda, kutu busuk, dan belalang sembah. Pemangsa dapat dibagi ke dalam dua kelompok:

1. Pemangsa yang menggigit (misalnya, kepik, kepik oranye, kumbang tanah).

2. Pemangsa yang mengisap (misalnya, kutu busuk).

 

2.2. Parasit, atau parasitoid, adalah organisme kecil yang bertahan hidup pada diri organisme lain (yang disebut inang) dalam upayanya untuk melemahkan atau membunuh organisme itu. Parasit dapat masuk dan berkembang di dalam inang di semua tahap perkembangannya (telur, larva, kepompong, dewasa), dan dapat menjalani seluruh hidupnya dalam satu inang saja. Parasit betina membahayakan inangnya dengan bertelur di dalamnya, misalnya Trichogramma dan Anastatus.

2.3 Patogen adalah mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak pada hewan atau serangga, yang menyebabkan penyakit, atau, pada akhirnya, kematian. Patogen penyebab penyakit antara lain virus, bakteri, jamur, nematoda, dan protozoa. Berbagai patogen secara alami akan menyerang serangga hama, itu sebabnya patogen menjadi unsur penting dari pengendalian hama terpadu.

2.3.1. Biopestisida yang bersifat viral: Memanfaatkan virus untuk melakukan pengendalian hama mulai mendapat perhatian luas. Salah satu contoh efisien dari pemakaian virus seperti ini adalah digunakannya Nuclear Polyhedrosis Virus, atau NPV, sebuah biopestisida viral yang secara khusus dapat menyasar hama tertentu- misalnya NPV ulat grayak hanya akan membahayakan ulat grayak pada tanaman bit; NPV penggerek tongkol (cotton bollworm) hanya akan membahayakanpenggerek tongkol yang menyerang kapas, sedangkan serangga lainnya yang bermanfaat tidak akan dirugikan. NPV dapat berkembang biak dengan cepat pada diri inangnya, membunuh inang dengan cepat, tetapi juga dapat menyebar dengan mudah, termasuk menular melalui kupu-kupu.

Gejala: Ketika ulat terpapar NPV maka mereka akan mulai bergerak lebih lambat, makan lebih sedikit, tubuh mereka akan mulai berubah warna, dan mereka akan mencoba memanjat puncak tertinggi pada tanaman. Di sana mereka akan duduk diam, berhenti makan sama sekali, dan mati, tergantung dengan kepala di bawah. Dinding perut mereka akan pecah dan partikel protein NPV yang mengkristal, yang mengandung virus, akan dilepaskan, kemudian disebarkan oleh angin dan air. Oleh karena itu, hama menyebarkan virus mereka sendiri.

2.3.2. Biopestisida bakteri (Bakterisida): Bakteri adalah mikroorganisme yang hidup di tanaman dan tanah dan dapat berbahaya namun dapat juga menguntungkan. Bakteri yang paling umum digunakan untuk biopestisida adalah bakteri yang berasal dari spesies Bacillus, misalnya Bacillus Thuringiensis (Bt). Bt dapat menyasar hama tertentu, seperti ulat grayak pada tanaman bit, ulat kubis, ngengat punggung berlian, ulat putih, dan ulat kapas, namun tidak mengganggu pemangsa yang alami dan menguntungkan.  Sedangkan Bacillus subtilis (Bs), dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri, serta terbukti aman bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Bakteri tersebut harus dikonsumsi terlebih dahulu oleh serangga, sehingga dapat masuk ke perut dan dinding selnya, melepaskan racun yang akan memperlambat sistem pencernaannya, menyebabkan serangga menjadi bengkak dan akhirnya pecah dan mati.

2.3.3. Pestisida Jamur: Banyak varietas jamur digunakan di seluruh dunia untuk memerangi hama dan penyakit tanaman. Di Thailand yang paling umum digunakan adalah Trichoderma dan Beuveria. Trichoderma digunakan untuk mengendalikan busuk akar dan layu yang disebabkan oleh jamur lain. Beuveria antara lain digunakan untuk melawan thrips beras, moina, lalat putih, kutu daun, dan wereng coklat.

2.3.4. Nematoda: Nematoda adalah organisme kecil yang hidup di tanah dan air. Beberapa dapat menyebabkan penyakit tertentu, misalnya nematoda Meloidogyne spp. menyebabkan penyakit akar berbenjol-benjol pada tomat, sirih, dan sayuran lainnya. Namun nematoda lain, yang dikenal sebagai nematoda “hidup bebas”, tidak menyebabkan penyakit. Nematoda ini dapat dipisahkan menjadi dua kelompok, keduanya dapat digunakan dalam pengendalian biopest: Steinernema dan Heterorhabditis. Varietas yang paling umum digunakan adalah Steinernema carpocapsae, yang dapat membahayakan berbagai jenis serangga dengan mengeluarkan bakteri beracun yang ada di dalam diri mereka, menyebabkan serangga yang disasar akan mati dalam 24-48 jam.

2.4. Herbisida Alami: Banyak tanaman di Thailand yang dapat dimanfaatkan dalam pengendalian biopest, dan telah digunakan di daerah tertentu untuk waktu yang lama. mimba, lengkuas, kunyit, gulma siam, serai, non taai yaak, derris, dan lain-lain dapat digunakan sebagai pengusir dan pengganggu kebiasaan makan serta perkembangan serangga hama. Di antara tanaman ini yang paling bermanfaat adalah mimba. Saat ini ekstrak mimba banyak digunakan di Thailand dan di seluruh dunia untuk pengendalian hama.

Metoda untuk Melestarikan dan Melindungi Pemangsa Alami

  1. Lindungi dan lestarikan tanaman yang menjadi makanan pemangsa alami di pertanian, persawahan, dan kebun. Di antaranya adalah tanaman dari genus Jussiaea, spesies tanaman balsam, eceng hias [pickerel weed], bayam, rumput tanduk kambing [goat weed], kangkung, dan berbagai jenis rumput. Tanaman-tanaman ini tidak memiliki nilai ekonomi nyata, tetapi serbuk sari dan nektarnya menyediakan makanan bagi pemangsa alami di sepanjang tahun, membantu mempertahankan jumlah populasi yang sehat.
  2. Ciptakan kondisi lingkungan yang mendukung pemangsa alami. Salah satu caranya adalah dengan melakukan rotasi tanaman, yang akan membantu pemangsa alami bertahan hidup setiap musim sekaligus mengendalikan masuknya hama baru di musim tanam berikutnya.
  3. Tingkatkan kelembapan dengan penyiraman, atau sediakan air yang cukup untuk bedengan-bedengan selama musim kemarau. Ini juga akan membantu pemangsa alami bertahan hidup dan berkembang biak.
  4. Jangan membakar sisa atau serasah tanaman padi setelah panen karena akan mengganggu keseimbangan ekosistem pertanian. Salah satu alasan mengapa hama menyebar dengan cepat pada awal musim tertentu adalah karena pemangsa alaminya telah terbunuh.
  5. Amati pemangsa dan hama alami dengan cermat dan konsisten. Contohnya, jangan gunakan bahan kimia di daerah dengan populasi pemangsa alami yang tinggi dan populasi hama yang rendah.

Manfaat Merawat Hama Alami

  1. Dengan mengambil langkah-langkah untuk mendukung pemangsa alami, petani memanfaatkan sumber daya alam yang sudah ada di pertanian, sawah, dan kebun mereka, untuk mempraktikkan pengendalian hama jangka panjang yang efisien.
  2. Membantu menjaga keseimbangan ekosistem akan menurunkan jumlah hama yang ada dan menyusutkan datangnya hama yang baru.
  3. Pengendalian biopest membuat tanaman lebih aman dikonsumsi, sehingga menguntungkan konsumen.
  4. Pengendalian biopest memberi manfaat kepada petani dalam banyak hal—secara ekonomi, sosial, dan lingkungan—dengan mengurangi jumlah pestisida kimia yang perlu diimpor dan mengurangi hambatan yang dihadapi pada saat mengekspor ke pasar luar negeri.
  1. Survai lahan Anda secara teratur

Penting untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan tanaman Anda, termasuk memeriksa keberadaan penyakit, gulma, dan hama. Lahan tanaman harus disurvei mingguan untuk memperhatikan adanya kerusakan hama dan faktor lain yang mempengaruhi ekosistem, termasuk pemangsa alami, tanah, air, dan kualitas udara, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi tanaman Anda.

4. Petani sebagai Pakar

Salah satu unsur penting dari pertanian modern adalah sosok petani yang bertanggung jawab atas pengelolaan produksi dan pendapatannya sendiri. Ini berarti memperoleh pemahaman tentang bagaimana berbagai elemen yang ada saling terkait satu dengan yang lain dan mengusung pemahaman itu ke dalam pengelolaan pertanian. Hal ini akan membantu petani menjadi mandiri, meningkatkan efisiensi dan potensi jangkauan manajemen. Oleh karena itu, menjadi pakar di bidang pertanian berarti mempelajari keterampilan baru dan memperoleh pemahaman yang benar tentang ekosistem pertanian.

Metode Pengendalian Biopest

Metode pengendalian biopest berkisar mulai dari metode yang sangat sederhana, yang dapat dilakukan sendiri oleh petani setiap hari, dengan pelatihan yang tepat; hingga ke metode yang sulit, yang membutuhkan pelatihan khusus. Ilmuwan pertanian dan petani profesional sudah memahami bahwa beberapa metode ini memiliki dampak yang ringan, sedangkan yang lain memiliki dampak yang kuat. Inilah sebabnya mengapa mereka harus digunakan secara bersama-sama, atau secara terpadu/terintegrasi. Tujuan utamanya adalah menemukan kombinasi yang paling efisien, menghemat sebagian besar sumber daya, paling aman bagi petani dan konsumen, dan paling ramah lingkungan.

 

Metode Pengendalian Biopest

1. Pengelolaan Tanaman yang Tepat

Ini berarti menjaga beragai kondisi lingkungan yang sesuai untuk membantu tanaman berkembang, tumbuh kuat, dan mampu melawan hama.

    1. Memperbaiki tanah. Ini berarti menyiapkan bedengan tanaman dengan tingkat pH yang sesuai untuk perkembangan tanaman, kandungan mineral, dan konsistensi permukaan, tanpa membantu berkembangnya hama.

1.2 Gunakan varietas tanaman yang baik. Varietas tanaman berkualitas lebih handal dalam menghadapi hama. Bantu mereka dengan menggunakan rasio tanam, jarak tanam, dan musim yang tepat.

1.3 Air dan pupuk. Berikan secara teratur, menggunakan jumlah dan formula yang tepat.

1.4 Membajak Tanah. Hama tertentu terbunuh ketika tanah dibalik dan mereka terpapar sinar matahari.

1.5 Penyiangan. Banyak gulma yang menjadi rumah bagi hama dan inang sekunder bagi berbagai penyakit tanaman. Gulma juga mengkonsumsi makanan tanaman, sehingga tanaman menjadi lemah.

1.6 Pemangkasan. Ketika cabang terlalu panjang, dedaunan akan tumbuh terlalu lebat, sehingga mencegah tanaman mensintesis cukup sinar matahari dan meningkatkan kelembapan. Ini menciptakan rumah yang lebih menyenangkan bagi hama.

1.7 Rotasi tanaman. Tanaman harus bergantian di tanam musim demi musim, atau penanaman harus bergantian antara tanaman dari famili yang berbeda. Hal ini akan membuahkan terganggunya sumber makanan berbagai hama.

1.8 Integrasi tanaman. Jika satu tanaman ditanam di area yang luas dan muncul hama, maka hama akan menyebar dengan cepat ke seluruh populasi. Lakukan intehgrasi tanaman untuk membatasi sumber makanan yang tersedia bagi hama dan peluang penyebarannya.

1.9 Menunda penanaman. Kadang-kadang diperlukan tindakan menunda penanaman tanaman tahunan tertentu, atau tanaman yang berumur pendek, untuk menghindari merajalelanya sebuah penyakit. Sebagai contoh, di Thailand singkong biasanya ditanam pada akhir musim hujan, yaitu pada bulan Oktober hingga Januari. Tanaman singkong kemudian mengalami kekeringan pada bulan Maret-April, bertepatan dengan cuaca panas yang sangat cocok untuk penyebaran kutu putih yang biasa menyerang singkong. Oleh karena itu, singkong dianjurkan ditanam pada awal musim hujan, sekitar pertengahan April, agar tidak kekurangan air dan dapat mempertahankan kekuatannya. Musim hujan kemudian akan berpotensi memberikan kondisi yang tidak ramah bagi kutu putih singkong. Contoh lain adalah penyebaran wereng coklat yang sedang berlangsung saat ini di Thailand, di lahan padi dimana padi ditanam sepanjang tahun. Penanaman sepanjang tahun akan menyediakan sumber makanan yang tidak pernah habis bagi wereng coklat. Oleh karena itu, disarankan agar padi tidak ditanam lebih dari dua kali setahun untuk mengganggu siklus hidup wereng coklat.

2. Kontrol Mekanik

Digunakannya mesin atau alat lain untuk menurunkan populasi hama. Jika jumlah hama cukup rendah, tenaga manusia bisa mencukupi.

2.1 Dengan Tangan. Bentuk pengendalian hama yang paling sederhana: ambil hama dari tanaman, atau pegang tanaman dan goyangkan, lalu basmi.

2.2 Tenaga Kerja Manusia. Memangkas materi tanaman yang sakit, atau bagian-bagian yang ditutupi oleh hama yang sudah mapan, lalu membakar pangkasan tersebut untuk membasmi hama.

2.3 Jaring. Jaring dapat digunakan untuk sepenuhnya mengisolasi tanaman dari hama luar.

2.4 Perangkap. Serangga dan hama hewan lainnya, seperti tikus, burung, dan kelelawar, dapat dibasmi dengan memakai perangkap.

2.5 Mesin yang Dijalankan Motor. Beberapa mesin yang dijalankan dengan motor dapat digunakan untuk pengendalian hama, misalnya mesin penangkap wereng dan mesin penghisap serangga.

3. Menggunakan Ilmu Fisika untu Pengendalian Hama

Ini adalah penggunaan metode dan instrumen ilmiah untuk memikat, mengusir, dan memusnahkan populasi hama melalui penggunaan panas, suara, dan cahaya.

    1. Radiasi. Radiasi dapat digunakan untuk membasmi populasi hama dari suatu tanaman sebelum diekspor, misalnya penyinaran buah sebelum diekspor ke Amerika untuk membunuh penggerek biji durian, kumbang biji mangga, dan lalat buah oriental [Bactrocera dorsalis dan B. correcta]. Atau memaparkan tanaman herbal pada radiasi dengan tujuan untuk membunuh jamur, dll.

3.2 Suara. Mesin genggam yang menghasilkan gelombang suara pada frekuensi rendah dapat digunakan untuk mengusir hama tertentu dari suatu wilayah tertentu.

 

 

3.3 Panas. Memanggang tanah adalah salah satu cara menggunakan panas untuk membasmi hama. Uap panas juga dapat digunakan untuk membasmi hama yang menempel pada tanaman.

3.4 Perangkap. Metode ini harus ditujukan kepada serangga tertentu. Sebagai contoh, cahaya dapat digunakan untuk menyasar serangga yang suka terbang di malam hari (tempatkan wadah air di bawah bolam lampu). Vakum juga dapat digunakan untuk menyedot serangga, sebuah metode yang populer digunakan untuk ngengat dan wereng coklat. Perangkap berumpan metil eugenol merupakan cara yang efektif untuk menjebak lalat buah jantan, sedangkan perangkap berumpan protein dapat memikat lalat buah oriental baik jantan maupun betina.

4. Menggunakan Pemangsa Alami untuk Mengendalikan Hama

4.1 Jenis-jenis Hama Alami: Seperti disebutkan di atas, pemangsa (seperti capung, laba-laba, dll), parasit (seperti berbagai tawon parasit, nematoda, dll), dan patogen (seperti bakteri, jamur, virus, dll) semuanya dapat digunakan untuk mengendalikan populasi hama.

    1. Keuntungan
  1. Biaya-rendah, karena pemangsa alami sudah hidup dengan sendirinya di ekosistem pertanian, mereka bekerja tanpa dibayar, dan akan menurunkan input pengendalian hama lainnya di pertanian.
  2. Berkelanjutan dalam jangka panjang, karena pemangsa alami akan mempertahankan populasi mereka sendiri jika mereka memiliki cukup makanan dan tidak dibahayakan oleh pestisida kimia.
  3. Pemangsa alami tidak menyebabkan hama menjadi tahan penyakit, atau menimbulkan varietas hama baru.
  4. Pemangsa alami tidak membahayakan bentuk-bentuk kehidupan selain hama, dan tidak meracuni lingkungan. Mereka juga tidak akan merusak tanaman, karena mereka tidak memakan tanaman untuk makanan.
  5. Pemangsa alami tidak merugikan petani, konsumen, atau lingkungan.

 

5. Teknik Serangga Steril/The Sterile Insect Technique (SIT)

FAO telah mengidentifikasi Teknik Serangga Steril sebagai metode pengendalian biopest yang efektif dan tidak merusak lingkungan. Setelah dilepaskan, serangga steril akan berkembang biak dengan serangga biasa, menciptakan telur yang tidak menetas. Ini akan mengurangi populasi serangga secara keseluruhan. Jika cukup banyak serangga steril yang dilepaskan dalam jumlah yang cukup, maka dalam tiga generasi akan terlihat menurunnya populasi hama secara signifikan. Di Thailand, beberapa hama telah berhasil dikendalikan dengan metode ini: berbagai jenis lalat buah, ngengat punggung-berlian, dan ulat kapas.

6. Ekstrak Alami sebagai Pestisida

Berbagai ekstrak yang diambil dari sumber alami berpotensi untuk mengendalikan hama, seperti ekstrak biji mimba, serai, sirih, derris, Non Taai Yaak, dll.

7. Kendali Kimiawi

Penggunaan bahan kimia yang dilakukan secara hati-hati, dapat diterima dalam sebuah sistem pengendalian hama terpadu. Meskipun demikian, upaya ini harus dilihat sebagai tindakan akhir yang hanya diperlukan ketika metode lain telah dicoba tanpa hasil. (Lebih banyak.)

Perbandingan Metode Pengendalian Hama menggunakan Bahan Kimia dan Biopest

Menggunakan Bahan Kimia

Menggunakan Kontrol Biopest

  • Memecahkan masalah dengan cepat, tetapi hanya untuk waktu yang singkat.
  • Mahal (bahan kimia dan menyewa alat semprot)
  • Semua bahan kimia berbahaya 
  • Menciptakan resistensi pada hama, dan menyebabkan munculnya hama jenis baru
  • Mengatasi masalah dalam jangka panjang.
  • Murah (tidak perlu membeli atau menyewa apapun).
  • Aman, karena semuanya berasal dari alam.
  • Membantu menjaga keseimbangan ekologi.

 

Sumberdaya:

ECHOcommunity. https://www.echocommunity.org/en/resources/ce2006be-0f4c-4405-8dd9-2fdb6e4ea250. Accessed 26 July 2022

FAO. https://www.fao.org/pest-and-pesticide-management/ipm/integrated-pest-management/en/. Accessed 26 July 2022.

 


Daerah

Asia